Irigasi Cadas Belang merupakan
salah satu irigasi yang sangat penting di desa mekarjaya Kec. Kabandungan,
dengan sumber air langsung dari hulu sungai cikurutug yang berada di kaki
gunung halimun, berada di ketinggian sekitar 750 m DPL (Diatas Permukaan Laut)
dengan kemiringan rata-rata 45 derajat, air masih begitu jernih, bersih dan
dingin ketika menyentuh kulit, bagaimana tidak?, pohon-pohon yang besar dan
menjulang tinggi masih berdiri kokoh tertanam ke bumi, semak-semak belukar,
rumput-rumput liar masih terjaga meyelimuti permukaan bumi cadas belang gunung
halimun, serta perilaku manusia yang disiplin dan penuh tanggung jawab mampu
menjaga kelestarian hutan. Sebagian besar masyarakat mekarjaya terpenuhi
kebutuhan airnya dari irigasi cadas belang, dari lima dusun yang ada di desa
mekarjaya, tiga dusun kebutuhan airnya terpenuhi dari irigasi cadas belang
dusun-dusun tersebut adalah dusun 1 Ciaul, dusun 2 ciaul dan dusun 4 sorogol,
terutama di kedusunan satu dan dua, dengan jarak dusun ke sumber air yang cukup
jauh sekitar 5 Km, namun demikian jarak rumah antar pengguna air cukup dekat
antara 10-20 M saja.
Dapat dibayangkan barapa jumlah
penduduk atau keluarga pemanfaat air dari 3 kedusunan utama, tidak kurang dari
750 KK sebagai pemanfaat langsung yang berdomisili Di daerah irigasi cadas
belang, yang bermata pencaharian sebagian besar bertani (sawah), tujuan utama
pembangunan irigasi cadas belang adalah untuk mendapatkan air yang maksimal
guna mengairi sawah (luas sekitar 20ha), kolam-kolam ikan, kebutuhan
masyarakat sehari-hari (mandi dan
mencuci) serta kebutuhan yang lainnya.
Dengan masuknya PNPM-Mandiri
Perdesaan ke kecamatan kabandungan dan desa mekarjaya, juga kondisi irigasi
yang sudah rusak maka warga desa mekarjaya terutama dusun pemanfaat sepakat megusulkan rehab irigasi cadas belang,
kerana jika kebutuhan air terpenuhi diharapkan hasil panen dapat meningkat,
warga mudah mendapatkan air untuk mandi dan mencuci, serta lain sebagainya.
Irigasi |
Saluran Irigasi |
proses pengambilan keputusan yang
tidak mengalami hambatan yang berarti, baik dalam penggalian gagasan, musdus,
serta musyawarah ditingkat desa, karena semua masyarakat sudah satu suara,
mengerti dan mengalami akibat dari kekurangan air, serta yang paling penting
usulan tersebut sudah tercantum di RPJMDes dan RKPDes sehingga tidak tumpang
tindih dengan program lain, didukung dengan Sumber Daya Alam yang cukup (berupa
pasir dan batu kali) karena lokasi kegiatan berada di hulu sungai cikurutug
gunung halimun yang masih alami, debit air yang maksimal, dan swadaya
masyarakat berupa (pasir dan batu kali), verifikasi dilaksanakan oleh Tim Verifikasi,
FK/FT, PL, UPK, Kepala Desa, serta pelaku PNPM di tingkat desa baik TPK maupun
KPMD, semua bergerak mendaki gunung halimun menuju titik lokasi kegiatan, MAD
perangkingan dilaksanakan pada minggu pertama bulan maret 2012, bertempat di balai
desa cihamerang dan MAD Penetapan Usulan
dilaksanakan pada minggu ke empat bulan juni 2013 bertempat di Aula Taman
Nasional GunungHalimun Salak, acara tersebut dihadiri langsung oleh bapak camat
kabandungan, serta para pelaku PNPM baik tingkat kecamatan maupun tingkat desa.
Setelah selesai MAD III
(Penetapan Usulan) tentunya desain dan RAB sudah jadi dong, maka pelaksanaan
pun segera dimulai akan tetapi tentunya selesai dahulu tahapan-tahapan yang
harus dilaluinya, desain yang dipakai adalah desain bendungan, perbaikan
saluran air (lining) dan talang air, dengan jumlah HOK sebanyak 1.706 HOK
dengan dana dari PNPM sebesar Rp. 176.431.000 (terbilang: Seratus Tujuh Puluh
Enam Juta Empat Ratus Tiga Puluh Satu ribu Rupiah), swadaya sebesar Rp.
4.018.000 (Terbilang: Empat Juta Delapan Belas Ribu Rupiah) berupa bahan
material dan alat, untuk Tim Pemelihara sudah terbentuk dan berjalan karena
ditetapkan dari pengurus pengairan sebelumnya (bahasa setempat: jangol), jangol
inilah yang bertugas untuk mengurusi air supaya berjalan dengan baik
Karena Tim Pemelihara berjalan
dengan baik maka sarana air tersebut masih baik dan terjaga, paling kerusakan
saluran diakibatkan karena bencana alam seperti longsor, jika terjadi hal
demikian maka jangol menginformasikan kepada seluruh pemanfaat dan mengajaknya
untuk memperbaikinya, jika dibutuhkan dana maka diminta iuran dari para
pemanfaat.
Dengan dilaksanakannya
pembangunan PNPM yang usulannya betul-betul dari masyarakat, maka masyarakat
itupun banyak yang mengenal PNPM, dan
sudut pandang merekapun positif akan keberadaan program ini dan ikut
berpartisifasi, ‘PNPM MAH NYATA’
itulah yang di ucapkan mereka.
Oleh : Anang Suryana
No comments:
Post a Comment